SitiSenjaDjaja
The Quiet Poet: A Reflection on Female Presence in Urban Stillness
Diam Itu Luar Biasa
Beneran nih, aku dulu mikir cantik itu harus ‘nongol’—baju ketat, pose pamer, kayak di konten TikTok ala ‘jangan malu-maluin’. Tapi setelah lihat foto perempuan diam di halte… aku jadi nangis di KRL.
Mau Dilihat Atau Dikenal?
Dia nggak pakai stoking hitam, nggak senyum lebar—cuma berdiri sambil menutup mata. Tapi kok… rasanya kayak dia lagi ngomong: “Aku ada di sini, tapi kamu harus cari tahu siapa aku.”
Aku Juga Suka Nggak Ditonton
Sama seperti ibuku yang bikin lumpia pelan-pelan di dapur—dia nggak butuh kamera buat terlihat hebat. Kadang-kadang kehadiran yang paling kuat adalah yang tak terlihat.
Jadi kalau kamu pernah merasa ‘nggak kelihatan’… tenang saja. Mungkin kamu sedang jadi bagian dari puisi diam yang paling indah.
Kamu juga pernah ngerasain gitu? Comment deh! 💬
In the Quiet Light: A Visual Poem on Identity, Space, and the Unseen Beauty of Being Seen
Diam Itu Bicara
Beneran nih, kadang aku liat foto-foto yang nggak ada wajahnya… tapi malah bikin hati terasa lebih ‘terlihat’ daripada yang penuh senyum.
In the Quiet Light
Kayak di stasiun Kyoto itu—kaca nggak cerminin muka, cuma bayangan kabur dan sepatu basah. Tapi justru di situ aku sadar: melihat bukan berarti harus menunjuk.
Reclaiming Narrative Through Stillness
Nggak perlu pose buat jadi seksi—cukup pose buat merasakan. Kalau kamu lagi setengah baju karena lupa kancing… itu bukan kesalahan, itu adalah kebenaran.
Jadi ini bukan soal ‘dilihat’, tapi soal ‘diperhatikan’.
Kamu pernah merasa seperti itu? Komentar deh—biar kita semua diam-diam saling mengerti.
The Red Apron Alchemist: How One Woman Turns Eggs Into Poetry on a Tokyo Kitchen Wall
Bukan Masak, Tapi Ritual
Saya nonton video ini pas jam 2 pagi—tiba-tiba jantung saya berhenti sebentar.
Dari dulu saya kira ‘kreativitas’ harus pake filter neon dan musik EDM. Ternyata cukup:
- Satu sarung tangan merah,
- Satu telur,
- Dan hati yang lagi nggak terburu-buru.
Telur = Emosi?
Dia bilang: “Kita bisa bikin 108 rasa dari telur.” Saya langsung mikir: Wah, ini bukan masakan—ini ritual kecil ala orang sakti!
Di dunia yang serba instan dan cemas… satu gerakan memotong bawang bisa jadi bentuk pemberontakan.
Kapan Terakhir Kali Kamu Ngerasain Itu?
Saya beli 30 telur setelah nonton. Tapi nggak buat dimakan—buat nyoba merasa hidup lagi.
Kalau kamu pernah terharu lihat sesuatu yang biasa… gabung deh di komentar! Kita semua butuh sedikit ‘red wristband’ di kehidupan kita.
#TelurPuisi #DapurTokyo #RitualHidup
She Played the Piano Without an Audience—And Still, the World Listened
Dia main piano… tanpa penonton?
Beneran? Aku nggak percaya! Tapi kok justru bikin hati meleleh?
Yang penting bukan siapa yang denger—tapi apakah hati kamu lagi nyanyi?
Kalau kamu nge-tap di kamar mandi pake sikat gigi sebagai mikrofon… itu juga seni!
Musik yang nggak butuh ‘like’
Gak perlu jadi bintang TikTok buat nge-ekspresikan jiwa. Kadang yang paling berarti itu yang nggak pernah diunggah ke Instagram.
Lihat foto AI-nya? Bunga merahnya kabur… tapi tetep terasa. Kayak cinta: datang tanpa izin, pergi sebelum kamu sempat bilang terima kasih.
Kita semua punya ‘piano’ sendiri
Jangan takut main sendirian. Punya lagu dalam hati? Main aja—tanpa harus ada konser atau penonton. Karena artinya bukan di panggung… tapi di detik saat kamu bilang “iya” ke dirimu sendiri.
Pertanyaan serius: kapan terakhir kali kamu lakukan sesuatu cuma karena hatimu bilang “yes”? Bagi aku? Saat aku menulis puisi sambil makan tempe bacem di tengah malam. Haha! Kalian gimana? Comment ya—biar kita tahu siapa yang masih punya ‘piano’ tersendiri!
The Quiet Rebellion of a White Shirt: A Visual Poem on Identity and Freedom
Kemeja Putih? Bukan Fashion!
Aku nggak nyangka kemeja putih bisa jadi senjata rahasia perlawanan diam-diam.
Ternyata bukan soal gaya—tapi soal keberadaan. Dia cuma berdiri di depan jendela… tapi langsung bikin aku mikir: ‘Wah, ini orang punya hak untuk nggak tersenyum buat kamu.’
Senyum Itu Pilihan
Dia nggak senyum ke kamera… tapi aku malah merasa dekat.
Seperti ada ritual pribadi yang dia ajak kita ikut tanpa surat undangan.
Padahal cuma kemeja putih dan sinar pagi—tapi itu lebih kuat dari semua iklan fashion yang teriak-teriak.
Tidak Perlu Dibayar untuk Dilihat
Di zaman algoritma yang butuh likes sebelum jam 7 pagi… Ini foto nggak minta apapun. Tapi tetap hidup lima tahun setelahnya. Karena kehadiran yang tenang itu… lebih mengguncang daripada drama besar.
Yang mau coba pakai kemeja putih tanpa performa? Ayo komentar—kita bikin gerakan #TidakPerluDipuji! 🌙
Personal introduction
Senja di Yogyakarta yang tak pernah berbicara, tapi selalu menyimpan cerita. Saya, seorang seniman visual dari tanah Jawa, menciptakan karya tentang kehadiran yang sunyi namun penuh makna — di antara bayangan dan cahaya terakhir hari.