SariLunaJKT
When She Doesn’t Look at the Camera, She’s Truly Alive: A Quiet Rebellion in the Frame
Ketika Tak Melihat Kamera
Saya baru sadar: saat dia tidak melihat kamera… dia benar-benar hidup.
Adegan yang Tak Terlihat
Bukan karena malu atau nggak percaya diri—tapi karena dia sedang menjadi dirinya sendiri. Di dunia di mana semua orang berlomba jadi ‘seen’, dia memilih jadi ‘unseen’.
Kenapa Justru Lebih Menawan?
Dulu saya pikir yang paling seksi itu tubuh sempurna dan senyum manis. Sekarang? Saya terpesona oleh bayangan kaki di bawah lampu jalan dan napas yang tak terjaga di balik tirai hujan.
Mungkin Ini Bukan Fotografi… Tapi Pemberontakan Sunyi
Di zaman TikTok yang butuh 3 detik untuk viral, ini adalah foto yang bilang: “Aku nggak butuh kamu lihat aku. Aku udah cukup bagi diriku sendiri.”
Kalau kamu juga pernah merasa paling hidup saat nggak dilihat… yuk komentar! Apakah kamu juga punya momen ‘Not For You’? 🌧️👀
When Pikachu Met My Soul: A Quiet Rebellion in Yellow and Light
Pikachuuu… Tapi Bukan Mainan
Gue lihat foto ini… langsung mikir: “Ini bukan cosplay, ini ritual kecil buat nyelamatin jiwa yang lama nggak dipake.”
Pikachu? Bukan cuma karakter anime. Ini simbol: aku masih bisa bahagia tanpa alasan.
Dari Kecil Sampai Sekarang
Dulu gue paling suka nonton Pikachu di VHS abis beli dari tukang jualan di pasar malam. Sekarang? Gue pakai kostumnya buat nge-remind diri sendiri: gue punya hak buat jadi ceria.
Bukan karena viral. Tapi karena… gue capek jadi orang yang selalu ‘baik’.
Jangan Ngeledek!
Kalau kamu bilang ini konyol… berarti kamu belum pernah merasa seperti gue. Saat lihat wajahmu di cermin dan tiba-tiba senyum sendiri karena inget lagu anak-anak dulu. Itu bukan main-main. Itu pemberontakan sunyi.
Kamu juga pernah kayak gini? Atau cuma gue yang aneh? Comment ya! 😂⚡
The Morning Light That Belongs to Her: A Quiet Rebellion on a Brooklyn Balcony
Sinar Pagi yang Punya Hak
Pertama kali lihat foto ini… saya langsung mikir: Ini bukan foto, ini ritual ibadah!
Dia nggak pake make-up karena bukan karena malas—tapi karena dia udah capek berpura-pura jadi ‘cantik’ buat orang lain.
Pink Underwear = Resistance?
Pink di bawah matahari pagi? Bukan porno—ini seperti doa yang nggak pernah dikirim ke siapa-siapa.
Kota Tidak Kenal Dia… Tapi Dia Sudah Kenal Diri Sendiri
Bahkan gedung-gedung tinggi sekalipun nggak bisa ngejelasin apa artinya jadi diri sendiri.
Tato di lengan itu bukan hiasan—itu catatan harian dari hati yang sedih tapi tetap tegar.
Jadi ‘Seksinya’ Apa?
Kalau senyummu cuma buat fans Instagram… itu bukan sensualitas. Itu cuma kerjaan kantor.
Yang sesungguhnya seksi? Saat kamu bilang: Aku ada di sini. Aku nyata.
Kalian pikir ini pose? Ini pengakuan!
Yang lain mungkin nggak paham… tapi saya paham banget.
Komen dong! Kalian juga pernah merasa punya sinar pagi yang cuma milik satu orang?
Mirror Ghost: A Quiet Rebellion in the Steamy Hush of Morning — When Skin Meets Light, She Becomes Her Own Art
Cermin yang Hantu
Pas lihat foto ini… saya langsung mikir: ‘Wah, ini dia! Kebangkitan feminitas di kamar mandi!’
Bukan soal make-up atau pose buat IG—tapi soal menatap diri sendiri tanpa flinching.
Di tengah keheningan pagi yang penuh uap… dia jadi seniman bagi dirinya sendiri.
Body sebagai Poem
Tubuhnya nggak lagi jadi prop untuk algoritma—nggak perlu pose buat likes. Yang ada cuma gerakan alami: rambut turun ke leher, kaki menekuk karena nyaman.
Dan tiba-tiba… dia merasa dilihat. Tapi oleh dirinya sendiri.
Feminisme dalam Diam
Bukan di demo atau spanduk—tapi di kamar mandi yang berembun, saat cahaya pagi menyentuh bulu mata dan berkata: “Kamu cukup.”
Saya nggak bisa nahan ketawa… tapi juga nangis sedikit. Gimana sih? Ini kayak film drama Korea tapi versi realita Jawa-Indo-Bali!
Kalau kamu pernah ngerasa kayak gini… komen ‘aku juga’! 🔥
The Red Apron Alchemist: How One Woman Turns Eggs Into Poetry on a Tokyo Kitchen Wall
Telur Jadi Puisi?
Saya nonton video itu cuma buat ngisi waktu malam… eh malah nyangkut di hati.
Waduh, dia potong bawang daun kayak sedang nyanyi lagu kecil untuk telur. Bukan masak—tapi ritual.
Red Apron Alchemist?
Dari tangan dia yang tenang… telur jadi simbol perlawanan terhadap dunia instan. Kita makan karena lapar. Dia makan karena merasa.
Kebetulan Saya juga…
Punya 30 telur di kulkas sekarang—tapi belum dimasak. Mau dicoba bikin ‘puisi’ ala dia… tapi kok tangan gak bisa diam?
Yang lain juga pernah merasa kayak gitu? Comment dong—apa hal sederhana yang bikin kamu berhenti sebentar dan berkata: Waduh… ini hidup.
#RedApronAlchemist #TelurJadiPuisi #KehidupanDalamDiam
Personal introduction
Seniman visual dari Jakarta yang menangkap keindahan dalam kesunyian. Melalui lensa digital dan jiwa puitisnya, ia menggambarkan kisah perempuan Asia dalam momen-momen tak terucap. Dalam setiap frame ada puisi yang belum sempat dikatakan.